Pendahuluan
Spodoptera litura
atau yang dikenal dengan ulat grayak merupakan salah satu hama daun yang
penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang
tanah, kubis, ubi jalar,kentang, dan lain-lain. S. litura menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif yaitu
memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun saja dan pada fase
generatif dengan memangkas polong–polong muda (Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan 1985). Menurut Adisarwanto & Widianto (1999) serangan S. litura menyebabkan
kerusakan sekitar 12,5% dan lebih dari 20% pada tanaman umur lebih dari 20 hst.
Hama
ini sering mengakibatkan penurunan produktivitas bahkan kegagalan panen karena
menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong-potong dan
berlubang. Bila tidak segera diatasi maka daun atau buah tanaman di areal
pertanian akan habis (Samsudin, 2008).
Klasifikasi
Spodoptera litura:
Kingdom:
Animalia
Phylum:
Arthropoda
Class:
Hexapoda (including Insecta)
Order:
Lepidoptera
Family:
Noctuidae
Genus:
Spodoptera
Species:
litura
Spodoptera litura
merupakan salah satu serangga hama yang
mempunyai banyak tanaman inang. Pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman inang
dapat digunakan sebagai sarana pengendalian. Untuk maksud tersebut perlu
diketahui inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Serangga ini
telah diketahui merupakan hama yang cukup penting pada berbagai tanaman,
tetapi tidak begitu menyukai tanaman
dari golongan Graminae (Sukarna, 1984).
Meskipun demikinan, dilaporkan juga menyerang pertanamn padi gogo karena larvanya dapat berkepompong di
bawah permukaan tanah. Pertanaman padi
sawah dapat terserang berat bila ada migrasi larva dari rumput-rumput di
sekitar pertanaman (Pathak, 1997).
Kegiatan
Ø Rabu,10
April 2012; Lima larva Spodoptera litura dimasukkan
ke dalam wadah plastik yang telah dilubangi bagian atasnya dan terdapat pakan
(daun talas) di dalamnya.
Ø Dalam
satu hari, amati suhu ruangan dua kali dan dalam dua hari sekali, pakan (daun
talas) diganti yang sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu.
Ø Jumat,12
April 2012; ganti pakan
Ø Senin,15
April 2012; ganti pakan
Hasil
Pengamatan
Suhu Ruangan
Kelompok
|
Jumlah Larva
|
Keterangan Hari Mati
|
Instar
|
Suhu
|
|||
Hidup
|
Mati
|
Hidup
|
Mati
|
||||
1
|
1
|
4
|
Kamis -> 4
|
III
|
I
|
25,5-27
|
|
2
|
1
|
4
|
Jumat -> 4
|
III
|
I
|
25,5-27
|
|
3
|
3
|
2
|
Kamis -> 2
|
II
|
I
|
25,5-27
|
|
4
|
4
|
1
|
Senin -> 1
|
1 -> III dan
3 -> II
|
I
|
25,5-27
|
|
Suhu Pendingin
Kelompok
|
Jumlah Larva
|
Keterangan Hari Mati
|
Instar
|
Suhu
|
|||
Hidup
|
Mati
|
Hidup
|
Mati
|
||||
5
|
-
|
5
|
Kamis-> 3,
Jumat -> 2
|
0
|
I
|
0-3
|
|
6
|
-
|
5
|
Kamis-> 4,
Jumat-> 1
|
0
|
I
|
0-3
|
|
7
|
-
|
5
|
Sabtu -> 5
|
0
|
I
|
0-3
|
|
8
|
-
|
5
|
Jumat -> 5
|
0
|
I
|
0-3
|
|
Pembahasan
Perkembangan Spodoptera
litura
Dalam perkembangannya
seranggga Spodoptera litura melalui empat stadia, yaiutu telut, larva, pupa,
dan imago.
Telur -> telur
berwarna putih seperti mutiara, bulat dengan permukaan beralur halus.
Larva => Stadium
larva secara keseluruhan melewati lima instar. Pada tiap-tiap instar yang
berbeda, warna tubuhnya akan berbeda (Pathak, 1997). Larva yang baru menetas
berupa ulat kecil dengan panjang tubuh kira-kira 1 mm, silindris, dan berwarna
kehijau-hijauan dengan kepala berwarna hitam kecoklatan. Larva-larva tersebut
makan secara berkelompok selama 3 sampai 5 dan memakan bagian epidermis daun.
(Pathak, 1997 dan Miller, 1993).
Pengaruh Suhu
Kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan hama
pascapanen pada batas tertentu. Hal ini menjelaskan pengaruh suhu terhadap
pemendekan masa perkembangan serangga pascapanen. Fluktuasi suhu yang terjadi
setiap harinya juga mempengaruhi perkembangan hama pascapanen. Serangga yang
hidup pada suhu tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada suhu
fluktuatif walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi. Sementara itu pada
suhu rendah, masa perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fluktuatif
dengan rata-rata sama rendah. Kadar air bahan simpan mempengaruhi lama stadium
larva. Kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi
stadium telur dan pupa tidak terpengaruh.
Serangga mempunyai kisaran suhu optimum untuk perkembangannya.
Apabila suhu optimum tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi penurunan
populasi hama pascapanen contohnya pada Tribolium (Coleoptera berumur
panjang), suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37,5°C. Ketahanan hidup hama
tersebut akan turun apabila hidup pada lingkungan diluar kisaran suhu tersebut
dan kematian terbanyak terjadi pada larva instar awal. Hal serupa terjadi juga
pada hama pascapanen Rhyzopertha, Oryzaephilus dan Cryptolestes.
Peranan temperatur juga mempengaruhi perkembangan hidup hama pascapanen,
apalagi pada perlakuan fumigasi.
Pengaruh Makanan
Makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan akan
mendukung perkembangan populasi hama, sebaliknya makanan yang cukup, tetapi
tidak sesuai dengan yang dibutuhkan akan menyebabkan hama tidak menyukai bahan
simpan/makanan tersebut atau akan dapat menekan populasi hama tersebut.
Ketidakcocokan makanan dapat timbul karena:
- Kurangnya kandungan unsur yang diperlukannya;
- Rendahnya kadar air dalam kandungan makanan;
- Permukaan material (bahan pangan) terlalu keras;
- Bentuk material (bahan pangannya).
Kualitas inang akan sesuai
dengan kandungan
nutrisi
yang ada pada tubuh inang.
Semakin
besar larva inang maka nutrisi
yang
dikandungnya juga banyak
sehingga
mencukupi untuk perkembangan
parasitoid
sekaligus akan mempengaruhi
laju
perkembangan parasitoid itu sendiri. Godfray (1994) mengemukakan bahwa semakin
besar ukuran larva inang maka kandungan nutrisinya semakin baik untuk
perkembangan parasitoid.
Kesimpulan
Ø Larva yang ditempatkan pada suhu 0-30C
di lemar es tidak ada yang hidup karena larva akan mengalami perkembangan pada
suhu optimum 25-37,5°C.
Ø Ketahanan hidup akan turun apabila
hidup pada lingkungan di luar kisaran suhu tersebut (25-37,5°C) dan kematian
terbanyak terjadi pada larva instar awal.
Ø Larva yang disimpan pada suhu
ruangan pada setiap kelompok ada yang hidup karena suhu ruangan telah mencapai
suhu optimum dimana larva akan berkembang.
Ø Larva kelompok 4 lebih banyak yang
bertahan hidup karena pakan diganti dengan daun talas yang dicuci terlebih
dahulu. Hal ini membuat pakan larva mengandung kadar air yang cukup.
Daftar
Pustaka
Setyolaksono, Pamuji. 2011. Ekologi Hama. Diunduh pada 24 April 2012 di alamat: ditjenbun@deptan.go.id
Rahmawati, Yulia dan Yunisman. 2011. Pengaruh Instar Larva
Inang Spodoptera litura Fabricius
(Lepidoptera: Noctuidae) terhadap Keberhasilan Hidup Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera:
Ichneumonidae). Diunduh pada 24 April 2012 di alamat: http://pei-pusat.org/jurnal/
Susilawati. 2011. Kiat-kiat Mengatisipasi Perubahan Iklim Untuk Menekan Serangan Hama Gudang Dalam Pasca Panen Padi. Diunduh pada 24 April 2012 di alamat: epatani.deptan.go.id
-
Ulat Grayak. Diunduh pada 25 April 2012 di alamat: digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate
No comments:
Post a Comment