PEMBAHASAN
Ulat hongkong mempunya siklus
hidupnya yang terdiri atas
4 tahap yaitu telur,larva, pupa, dan imago. Siklus biasanya berlangsung selama
3 – 4 bulan. Telurnya berbentuk kacang
dalam berkelompok atau sendiri. Telur biasanya ditutupi oleh lapisan bahan cairyang
lengket. Telur bertelur setelah 7 hari. Larva menetas berukuran 3mm, berwarna
putih lalu kuning kecokelatan. Larva berganti kulit 15 kali
sebelum menjadi pupa. Pupa tidak bersifat
aktif dan berlangsung selama 7 hari. Imago pada umumnya bertahan hidup selama2
– 3 bulan. Betina dapat memproduksi 200 – 300 butir telur.
Penggunaan daun mindi sangat memepengaruhi tingkat
mortalitas ulat. Pada
umumnya bahan aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi berfungsi sebagai
antifeedan terhadap ulat
dan menghambat perkembangan ulat. Kematian larva oleh
ekstrak daun dan biji mindi ditandai tidak sempurnanya proses ekdisis yaitu
terdapat larva yang gagal melepas kutikula lamanya, terutama pada bagian kapsul
kepalanya. Larva ini kemudian mati karena gerakannya terhambat.
Maryani
(1995) mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang
bersifat insektisidal dan penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah,
biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat
berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent),
dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut
(Kardinan 2002).
PENGAMATAN
Data Mortalitas Ulat Hongkong
Perlakuan
|
24 Jam
|
48 Jam
|
72 Jam
|
||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||
Mindi
|
semprot
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
film kering
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
Sirsak
|
semprot
|
3
|
3
|
0
|
0
|
1
|
2
|
film kering
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
|
Beauveria
|
semprot
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
film kering
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
Vertikulur
|
semprot
|
5
|
4
|
0
|
1
|
0
|
0
|
film kering
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Perlakuan yang dilakukan oleh kelompok kami adalah
teknik semprot menggunakan vertikulur. Langkah pertama, masukkan 10 ulat
hongkong pada dua tempat yang berbeda, setelah itu, semprotkan larutan verikulur
pada dua tempat tersebut sebanyak tiga kali semprotan.
Kondisi fisik yang terjadi:
Ø Ulat seketika diam setelah beberapa detik
menggoyangkan tubuhnya;
Ø Setelah 24 jam, hanya terdapat satu ulat yang masih
bertahan hidup, itu pun hanya dengan menggerakkan bagian depan tubuhnya;
Ø Kondisi saat 48 jam, semua ulat mati; 2 ulat
menghitam;
Ø Kondisi 72 jam: 3 ulat mulai menghitam, di tempat satu
lagi, 4 ulat telah hitam
Berdasarkan
data pengamatan yang diperoleh, perlakuan menggunakan teknik semprot lebih
efektif membunuh ulat dalam waktu yang relative lebih cepat. Salah satu
alasannya adalah larutan yang digunkan sebagai pestisida nabati langsung
mengenai tubuh objek, sedangkan jika menggunkan teknik film kering, pengaruh
larutan tidak langsung ditembakkan padatubuh ulat.
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Pengaruh teknik semprot terhadap mortalitas ulat
hongkong lebih cepat disbanding dengan menggunakan teknik film kering
DAFTAR PUSTAKA
Maria,Asri.Metode
Eksplorasi Jamur Entomopatogen dengan Menggunakan Serangga Umpan.Diakses
pada tanggal 5 Juni 2012 di: http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/maria.pdf
Anonim. Tanaman Mindi (Meylia azedarach Linn)
Diakses pada tanggal 5 Juni 2012 di: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23822/4/Chapter%20II.pdf.
Herlinda,
Siti. 2005. Patogenisitas Isolat-Isolat Beauveria
bassiana (BALS.) Vuill.
Terhadap Larva Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae) di Rumah Kaca. Diakses
pada tanggal 5 Juni 2012 di: http://eprints.unsri.ac.id/230/1/19.PATOGENISITAS%20%20ISOLAT-ISOLAT%20Beauveria%20bassiana.pdf
No comments:
Post a Comment